Penulis: Reinaldo Rafael [Jimbaran, 20/03/2022, 22:00 WITA]
Mengapa penulisan abstrak menjadi sangat penting di dalam karya akademik?
Abstrak, atau rangkuman singkat dari sebuah karya akademik, memiliki tiga poin utama. Pertama, meskipun diletakkan pada bagian depan dari jurnal atau tugas akhir akademik, abstrak tidak dibuat di tahap awal penulisan, dan tidak berfungsi sebagai proses perancangan isi tulisan (plotting). Sebaliknya, abstrak baru ditulis setelah penarikan simpulan penelitian, sehingga abstrak dapat dipahami sebagai "rangkuman dari simpulan seluruh proses penelitian". Pemahaman ini akan dielaborasi lebih lanjut pada bagian selanjutnya.
Kedua, abstrak merupakan akses pertama menuju karya akademik, bahkan seringkali menjadi satu-satunya akses gratis dari sebuah jurnal. Untuk itu, abstrak harus mampu meyakinkan pembaca dalam menentukan apakah jurnal ini perlu (atau layak) untuk diakses - dengan kata lain, meluangkan waktu dan/atau mengeluarkan uang - sehingga dapat berkontribusi secara signifikan di dalam tujuan akhir pembaca. Secara singkat, "rangkuman dari simpulan seluruh proses penelitian" ini harus menyediakan informasi komprehensif dengan ruang yang sangat terbatas, seperti informasi mengenai latar belakang, metode, teori, hasil, keterbatasan, hingga pembahasan penelitian.
Ketiga, mengenai ruang yang sangat terbatas, terdapat tiga standar abstrak yang digunakan dalam publikasi karya ilmiah, yaitu 150 kata, 250 kata, dan 500 kata. Semakin sempit ruang yang diberikan, semakin tinggi pula kepadatan informasi yang harus dimiliki oleh abstrak tersebut, yang berarti tingkat kesulitan dari penulisan abstrak juga semakin meningkat. Di sinilah seni sekaligus tantangan dalam membuat tulisan abstrak yang meyakinkan pembaca.
Tulisan ini akan membagikan beberapa tips dan trik dalam membuat abstrak 150 kata. Tips pertama adalah mempresentasikan setiap bagian informasi di dalam satu kalimat terpisah. Apabila di dalam abstrak 150 kata berisi dua paragraf dengan empat kalimat di setiap paragrafnya, maka paragraf pertama berisi urgensi penelitian (mengapa penelitian ini penting untuk dilakukan) dan paragraf kedua berisi tentang hasil dan simpulan penelitian.
Paragraf pertama, urgensi dari sebuah penelitian, terdiri dari latar belakang di bagian paling depan, di susul dengan permasalahan, kemudian lensa teori sebagai perspektif dalam melihat masalah. Latar belakang mungkin terdiri dari dua kalimat sederhana atau satu kalimat kompleks, dan sisanya dijelaskan dalam satu kalimat sederhana. Kesulitan utama dari paragraf ini terletak pada kalimat pertama; Tips untuk paragraf pertama adalah membuat satu kalimat latar belakang yang meyakinkan pembaca, disusul dengan teori yang dikuasai oleh pembaca tersebut.
Apabila pembaca masih ingat "kalimat pokok" dan "kalimat pendukung" dalam pelajaran Bahasa Indonesia di bangku sekolah, latar belakang menjadi kalimat pokok di dalam abstrak, sedangkan bagian lainnya adalah kalimat pendukung. Kalimat pokok merupakan intisari dari seluruh paragraf, sedangkan kalimat pendukung adalah kalimat yang menjelaskan kalimat pokok secara lebih rinci. Artinya, latar belakang merupakan kalimat pokok paragraf yang diperkuat dengan permasalahan dan lensa teori sebagai kalimat pendukung.
Paragraf kedua dibuka dengan hasil penelitian, kemudian pembahasan dalam satu atau dua kalimat, kemudian ditutup dengan simpulan penelitian. Secara konseptual, tips pada paragraf pertama masih berlaku, namun kali ini kalimat pokok terletak pada bagian hasil penelitian. Dua kalimat pokok ini merupakan kunci utama dalam membuat abstrak yang meyakinkan pembaca, dan menjadi semakin penting ketika ruang yang disediakan semakin terbatas.
Sekian untuk tips dan trik penulisan abstrak dari Penerbit AVI. Sudah siap untuk proses kreatif membuat kalimat pokok dan kalimat pendukung di dalam abstrak?
Selamat berkarya!